TEKNOLOGI KOMPLEMEN TERBARU PENDETEKSI TSUNAMI
Terdapat dua komponen utama dalam sistem
Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina TEWS), yaitu komponen
struktural dan kultural. Dalam komponen struktural sendiri terdapat tiga
bagian yang berperan yaitu seismometer yang dioperasikan oleh Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), alat pasang surut yang
dipasang di pantai-pantai dan dioperasikan oleh Bakosurtanal serta
Tsunami Buoy,kata Kepala Program Operasi Ina Buoy TEWS BPPT, Wahyu
Pandoe saat diwawancara oleh salah satu stasiun televisi swasta mengenai
Buoy Tsunami hasil kerekayasaan BPPT (18/03).
Buoy Tsunami , lanjut
Wahyu, berfungsi untuk mendeteksi ada atau tidaknya gelombang
tsunami. Perlu dicatat, yang mendeteksi sebenarnya bukan buoynya,
tetapi Ocean Bottom Unit atau OBU yang diletakkan di dasar lautlah yang dapat mendeteksi ada atau tidaknya gelombang tsunami, jelasnya.
OBU secara aktif mengirim data melalui underwater acoustic modem ke tsunami buoy yang terpasang di permukaan laut. Tsunami Buoy sendiri berperan sebagai penerima data dari OBU. Kemudian, tsunami buoy mentransmisikan data tersebut via satelit ke pusat pemantau tsunami Read Down Station (RDS) di Gedung I BPPT lantai 20. Buoy yang dipasang di dekat sumber gempa dan tsunami, bekerja berdasarkan gelombang tsunami atau anomali elevasi muka air laut yang dideteksi oleh sensor yang ditempatkan di OBU. Alat inilah yang berfungsi merekam kedatangan gelombang tsunami.
OBU secara aktif mengirim data melalui underwater acoustic modem ke tsunami buoy yang terpasang di permukaan laut. Tsunami Buoy sendiri berperan sebagai penerima data dari OBU. Kemudian, tsunami buoy mentransmisikan data tersebut via satelit ke pusat pemantau tsunami Read Down Station (RDS) di Gedung I BPPT lantai 20. Buoy yang dipasang di dekat sumber gempa dan tsunami, bekerja berdasarkan gelombang tsunami atau anomali elevasi muka air laut yang dideteksi oleh sensor yang ditempatkan di OBU. Alat inilah yang berfungsi merekam kedatangan gelombang tsunami.
Bilamana
terjadi perubahan air laut yang tiba-tiba, itu salah satu
indikasi yang menandakan adanya tsunami. Sistem ini kemudian akan
berubah menjadi tsunami warning yang berupa data gelombang
akustik kemudian dikirimkan ke buoy. Dari buoy lalu akan dikirim
ke salah RDS di BPPT,รข€ tutur Wahyu.
Buoy di perairan Indonesia
Buoy yang sekarang dioperasikan di perairan Indonesia terdiri dari empat jenis, yaitu Buoy Tsunami Indonesia, Deep Ocean Assessment and Reporting Tsunamis (DART) Amerika, German-Indonesian Tsunami Warning System (GITWS) dan Buoy Wavestan.
Buoy yang sekarang dioperasikan di perairan Indonesia terdiri dari empat jenis, yaitu Buoy Tsunami Indonesia, Deep Ocean Assessment and Reporting Tsunamis (DART) Amerika, German-Indonesian Tsunami Warning System (GITWS) dan Buoy Wavestan.
Sejak
tahun 2006, kita sudah memasang buoy di 17 titik dari barat Sumatera
hingga ke daerah perairan timur Indonesia. Meskipun sudah banyak yang
terpasang, namun seringkali buoy-buoy tersebut mengalami kerusakan
ataupun hilang. Seperti yang di Laut Flores, kita sudah melakukan tiga
kali pemasangan dan tiga kali itu pula mengalami kerusakan dan
pengerusakan. Begitu pula yang ada di Mentawai dan selatan Cilacap.
Seringkali ditemukan buoy-buoy tersebut mengalami kerusakan sehingga
mesti sering ditarik untuk dilakukan perbaikan, katanya.
Oleh karena itu, lanjut Wahyu, sangat diharapkan bantuan masyarakat khususnya nelayan dalam menjaga buoy tsunami di laut. Karena alat ini satu-satunya alat di laut yang dapat mengkonfirmasi ada atau tidaknya tsunami. Dengan terjaganya buoy tsunami ini, maka akan sangat menolong keselamatan masyarakat, terutama yang ada di pesisir.
Pengembangan lanjutanOleh karena itu, lanjut Wahyu, sangat diharapkan bantuan masyarakat khususnya nelayan dalam menjaga buoy tsunami di laut. Karena alat ini satu-satunya alat di laut yang dapat mengkonfirmasi ada atau tidaknya tsunami. Dengan terjaganya buoy tsunami ini, maka akan sangat menolong keselamatan masyarakat, terutama yang ada di pesisir.
Untuk
kedepannya, jelas Wahyu, akan dilakukan pengembangan dalam sistem Ina
TEWS yaitu dengan menggunakan sistem kabel laut. Jadi dari OBU yang
ditempatkan di laut dalam, akan dihubungkan ke tower atau mercusuar di pantai dengan menggunakan kabel, dan diteruskan ke stasiun RDS di BPPT.
Direncanakan sistem kabel laut ini akan diterapkan di lima titik awal yaitu Ujung Kulon, Pulau Enggano Bengkulu, selatan dan utara Pulau Siberut, serta Pulau Rondo. Dengan adanya kabel laut ini bukan berarti kita menghilangkan peran buoy. Buoy tetap dipasang, namun sistem kabel laut digunakan sebagai komplemen. Indikatornya adalah buoy untuk mendeteksi tsunami yang sifatnya long distance atau tsunami jarak jauh. Sementara sistem kabel ini diharapkan bisa mendeteksi tsunami lokal atau urgent tsunami, tutup Wahyu. (SYRA/humas).
Direncanakan sistem kabel laut ini akan diterapkan di lima titik awal yaitu Ujung Kulon, Pulau Enggano Bengkulu, selatan dan utara Pulau Siberut, serta Pulau Rondo. Dengan adanya kabel laut ini bukan berarti kita menghilangkan peran buoy. Buoy tetap dipasang, namun sistem kabel laut digunakan sebagai komplemen. Indikatornya adalah buoy untuk mendeteksi tsunami yang sifatnya long distance atau tsunami jarak jauh. Sementara sistem kabel ini diharapkan bisa mendeteksi tsunami lokal atau urgent tsunami, tutup Wahyu. (SYRA/humas).
Sumber: http://www.bppt.go.id
No comments:
Post a Comment